Feature
oleh: Lu'lu'ul Mardhiyatul Lailah
Tak ada seorangpun yang tau bagaimana nasib mereka ke depan-nya, Yasifun 46 tahun ia bekerja sebagai Nelayan Tradisional. Ia sangat terkenal di kampungnya yaitu paciran, lamongan dan juga terkenal di daerah Muncar, Banyuwangi. Yasifun terkenal sebagai Nelayan Tradisional karena kesabaran, ulet serta kepandaiannya dalam mencari ikan yang masih menggunakan alat Tradisional.
Yasifun anak pertama dari 12 bersaudara, ia di tuntut untuk bekerja lebih awal sebelum dewasa. Ibunya, Kumingse 40 tahun sudah berbulan-bulan menderita penyakit kuning-kuningan atau sekarang penyakit itu di sebut liver dan harus bekerja serabutan. Dahlan ayah Yasifun telah meninggal, ketika ia masih berumur 13 tahun. Kelurganya sangat terpukul dengan kepergian ayahnya. Mereka tinggal di gubuk berdinding bilik bambu dengan dua kamar tidur. Mau tak mau ia harus bekerja menjadi tulang punggung keluarga.
Untuk menopang kehidupan, tiap jam 3 pagi hingga jam 3 sore, ia mulai pergi ke laut untuk berlayar menuju pulau yang di perkirakan banyak ikan. Perlayaran itu masih menggunakan layar bukan mesin, sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama dalam perjalanan. Jika mendapatkan ikan, dia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 20 ribu. Diapun sering tidak mendapat ikan sehingga tidak mendapat uang “sia-sia berlayar jauh tak sebanding dengan tenaga yang di keluarkan, ujar Yasifun tersipu.
Dia tak punya apa-apa kecuali perahu kecil yang biasa di gunakan untuk mencari ikan. Terkadang Yasifun harus ikut tetangga untuk menjual dagangannya di pasar. Namun di sela kehidupan yang keras yang di laluinya, yasifun bisa meluangkan waktu untuk belajar Agama lebih dalam di Tokoh masyarakat setempat. Sudah Lima tahun ia bekerja sambil belajar Agama.
Tak di sangka oleh Yasifun, ia mendapat kesempatan yang sangat bagus. Yasifun mendapat kepercayaan untuk mengelola sebuah perahu yang cukup besar, yang tak biasa di pakai olehnya untuk bekerja sehari-hari. Cukup sabar dan ulet dalam bekerja sebagai Nelayan yang masih menggunakan alat Tradisional ini, ujar Tokoh masyarakat. Itu salah satunya mengapa Tokoh masyarakat memilih Yasifun untuk mengelola Perahu itu.
Kesempatan ini sangat bagus untuk memperoleh pengalaman yang baru lagi, apalagi berlayar di daerah orang yaitu di Muncar, Banyuwang dan Bali, ujar yasifun. Sebagai Juragan perahu yang baru, ia cukup handal dalam mengorganisir pegawai dan membuat mereka sangat nyaman dalam bekerja.
Dalam kurun waktu 3 tahun, ia bisa membeli perahu yang sama seperti perahu yang di pegang sekarang. Dengan membeli perahu itu, Yasifun bisa merekrut banyak pegawai sampai 30 orang. Selain itu juga bisa mensejahterakan masyarakat setempat karena dengan perahu itu mengurangi pengangguran di desa setempat.
Yasifun sangat terkenal di kampungya dan juga daerah yang lain seperti, Muncar, Banyuwangi dan Bali. Meski sudah menjadi orang yang sukses, Yasifun tetaplah Yasifun, ujar Yasifun. Meski sukses ia tak lupa dengan tetangga yang kurang mampu. Ia mempunyai sifat penolong dan belas kasih yang sangat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar